Dunia saat ini menghadapi ancaman wabah flu yang berasal dari kucing. Hal ini disampaikan oleh Kepala Lembaga Penelitian Gamaleya, Alexander Gintsburg, kepada media Izvestia pada Rabu (21/5/2025). Dalam penjelasannya, Gintsburg memperingatkan bahwa flu burung H5N1 sedang menyebar di kalangan kucing dan dapat menular kepada manusia. Virus ini memiliki potensi untuk memicu pandemi yang sangat mematikan. "(Prototipe vaksin) harus menjalani uji klinis Fase I dan II terhadap strain yang sangat mungkin mulai menular tidak hanya di antara hewan, tetapi juga dari manusia ke manusia," ungkap Gintsburg yang juga dikutip oleh Russia Today (RT). Menurut Gintsburg, mutasi H5N1 yang memungkinkan penularan melalui udara kepada manusia dapat menyebabkan krisis yang lebih parah dibandingkan dengan cacar. Oleh karena itu, diperlukan produksi vaksin dengan segera. "Angka kematiannya berkisar antara 50-70%, dan jika ditularkan melalui udara, cacar akan tampak seperti permainan anak-anak dibandingkan dengan apa yang dapat terjadi setelah satu atau dua mutasi," ujarnya. "Prototipe yang siap digunakan seharusnya sudah tersedia untuk meningkatkan produksi dalam waktu tiga hingga empat minggu dan memperkenalkannya untuk penggunaan publik," tambahnya. Namun, ia mencatat bahwa saat ini belum ada program semacam itu. Pada awal Mei, peneliti dari Universitas Maryland mengidentifikasi adanya lonjakan kasus flu burung di antara kucing peliharaan. Studi yang didasarkan pada data selama dua dekade tersebut menemukan lebih dari 600 infeksi pada kucing di 18 negara, dengan tingkat kematian yang melebihi 50%. "Kucing peliharaan sangat rentan terhadap (flu burung) dan menyediakan jalur potensial untuk penularan zoonosis kepada manusia," kata para peneliti. Kucing biasanya terinfeksi H5N1 melalui konsumsi burung yang terinfeksi, produk unggas mentah, atau susu yang tidak dipasteurisasi dari ternak yang terinfeksi. Studi tersebut juga menyoroti rute penularan yang tidak diketahui, termasuk kucing rumahan yang tidak memiliki paparan yang jelas.